Halo. Saya austly, kisah ini merupakan pengalaman pribadi Saya. Dan didalam kisah ini nama nama yang tercantum hanyalah nama samaran, termasuk nama Saya😁disini nama Saya adalah Lira. Dan tidak perlu panjang lebar lagi, silahkan menikmati kisah Saya😁.
I Hope You Like It
Austly🌼
.
.
.
.
.
Bulan Juli tahun 2016, Lira sudah menjadi siswi SMA. Ia tidak menyangka akan pindah ke Kota Bekasi dan melanjutkan pendidikannya disana. Kenyataan pahit harus ia terima, sebab kedua orang tuanya berpisah dan memilih hidup masing-masing. Ayahnya kini berada di Kota Tangerang. Sebenarnya berat baginya untuk meninggalkan kota yang sudah lama ia tinggali. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dan disinilah kehidupan barunya dimulai.
.
.
.
Pagi itu, hari kamis seluruh siswa siswi (anak baru) yang sudah melewati MOS berkumpul dilapangan sekolah. Lira masih merasa asing dengan lingkungan sekolah barunya. Ia tidak pandai mencari teman. Jika orang yang baru mengenalnya pasti akan mengatakan bahwa dia pendiam dan jutek. Namun, orang yang sudah dekat dengannya akan mengatakan bahwa dia gadis yang cerewet, berisik, dan usil. Dan saat itu ia hanya diam ketika kepala sekolah memberi sambutan untuk penutupan acara MOS. Ketika acara sudah selesai, Lira dan yang lainnya hendak pergi mencari kelas masing-masing. Dan ia mendengar keributan. Ada yang berkata "Eh. Ganteng banget ya dia. Siapa ya namanya?" Ada juga yang berkata "Yaampun. Ganteng banget. Putih lagi. Duh dia sekelas sama aku ga ya?" Dan masih banyak lagi pujian yang terlontar dari gadis-gadis saat melihat seorang laki-laki berjalan dilorong kelas. Dia nampaknya tidak mengikuti MOS. Karena Lira merasa dia tidak pernah melihatnya diacara MOS. Lira tidak suka melihat laki-laki itu. Ia menilai laki-laki itu sombong, sok ganteng, dan angkuh. Lira tidak peduli dengan hal tersebut dan mencari kelasnya.
Tiba dikelas itu, Lira melihat seluruh bangku sudah terisi. Hanya bagian didekat meja guru yang belum terisi penuh. Lalu ia mendekat ke salah satu siswi yang duduk sendiri dan disampingnya masih kosong.
"Boleh duduk bareng ga?" Tanya Lira.
"Oh iya boleh." Jawab siswi itu.
"Kenalan yuk. Aku Lira." Kata Lira sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Wanda." Wanda menerima uluran tangan Lira.
Kemudian mereka mengobrol untuk mengenal satu sama lain. Dan datanglah dua siswi yang duduk dibelakang mereka. Mereka pun berkenalan dengannya. Dua siswi itu adalah Auri dan Diana.
"Eh. Itukan cowo yang tadi. Yaampun kita sekelas sama cowo ganteng, Lir." Kata Wanda.
"Hah? Ganteng? Siapa?" Tanya Lira.
"Itu yang tadi baru dateng. Masa kamu gatau?" Wanda melirik ke arah objek pembicaraan mereka.
"Ohh yang tadi itu. Ngga ah ga ganteng. Tampang sombong begitu ganteng darimana?" Lira mengelak.
"Aneh kamu. Ganteng begitu dibilang sombong. Tuh tuh yang itu tuh." Wanda.
"Dih. Kita beneran satu kelas sama dia?" Lira.
"Iyaa. Yaampuun ganteng banget ih." Wanda terlihat mendambakan laki-laki itu. Lira hanya diam saja karena ia tidak tertarik sama sekali.
.
.
.
Hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa sebentar lagi mereka akan menghadapi Ujian Tengah Semester ganjil. Dan mereka mendapat sahabat baru bernama Ajeng. Yang tidak Lira sangka adalah, ternyata laki-laki yang diagung-agungkan tampan itu menyukai Ajeng. Namanya Harry, belakangan ini ia sering bertanya kepada Lira mengenai Ajeng. Harry bertanya melalui aplikasi sosmed. Ia mendapat nomor Lira dari grup kelas yang dibuat. Lira merasa dirinya menjadi mak comblang diantara mereka (asikuyy :v). Namun Ajeng selalu tidak merespon Harry. Ia berdalih bahwa ia tidak boleh dekat dengan laki-laki oleh ibunya. Harry tetap terus berusaha untuk mendapatkan Ajeng. Lira dan yang lainnya mendukung Harry dan meminta Ajeng untuk merespon perjuangannya.
"Ajeng, kamu ditanyain Harry nih." Kata Lira saat menerima pesan dari Harry.
"Cieee Ajeng ditanyain mulu nih." Kata Auri.
"Udah lah respon aja si Harry." Kata Wanda.
"Iya. Dia cocok tuh sama kamu." Diana ikut bergabung.
"Nih. Dia nanya, Ajeng ekskul ga hari ini? Ciee Ajeng." Kata Lira.
"Ah apasi kalian. Bikin malu aja." Ajeng menutup wajahnya.
"Haha malu-malu kucing dia." Wanda tertawa melihat tingkah Ajeng.
Hari itu adalah hari sabtu dimana seluruh siswa diwajibkan ekskul. Mereka diberi pilihan ekskul pramuka atau paskibra. Dan lima serangkai itu memilih pramuka. Namun ternyata banyak yang tidak mengikuti ekskul karena malas. Salah satunya yaitu Harry (emang udah bandel dari SMP sih ya wkwk :3)
.
.
.
Ibu Lira bekerja sebagai pelayan diwarung makan milik tantenya. Lira diberi pinjaman untuk memakai sepeda motor milik tantenya itu. Namun suatu hari ada kejadian yang tidak mengenakkan hati.
"Ma, bentar lagi ulangan, suruh lunasin SPP." Kata Lira sepulang sekolah.
"Iya, Lir. Sabar ya, uang Mama belum cukup." Jawab Ibu Lira dengan raut wajah sedih.
"Kenapa, Ma? Ngga biasanya Mama sedih begitu. Tumben juga Mama ga kerja hari ini? Ada apa?" Tanya Lira.
Ibunya kemudian menjawab sambil menangis. Ibunya bercerita bahwa ia dituduh selingkuh dengan suami tantenya. Ibu Lira sakit hati dengan pernyataan itu. Memang suami tantenya sering menggoda ibu Lira, namun ibu Lira selalu menepis godaan itu dan menjauh. Tetapi tantenya tetap tidak percaya dan memilih untuk memberhentikan ibu Lira dari pekerjaannya dan meminta sepeda motor yang selama ini dipakai Lira sekolah untuk dikembalikan kepadanya. Lira tidak terima ibunya dituduh seperti itu. Namun ia harus berbuat apa? Ia tak tau harus bagaimana. Sore harinya ia mengembalikan sepeda motor kerumah tantenya. Untuk hari esok, ia berangkat lebih pagi karena harus berjalan kaki menuju sekolah. Jarak yang ditempuh cukup jauh. Tidak ada angkutan umum. Sebenarnya ada, namun membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mendapat angkutan umum.
.
.
.
.
.
"Loh, Lira? Tumben udah nyampe jam segini?" Tanya Wanda.
"Hehe iyaa. Gabawa motor soalnya." Jawab Lira.
"Kenapa gabawa?" Wanda.
"Panjang ceritanya Nda." Jawab Lira dengan raut wajah yang sedih.
"Yaudah nanti cerita yaa. Ceritanya bareng bareng, sama yang lain juga. Oke?" Wanda.
"Okee." Lira.
Mereka semua belajar seperti biasa dan istirahat pun tiba.
"Jadi gitu ceritanya." Ucap Lira setelah selesai menceritakan masalah yang baru saja dialaminya.
"Jahat amat tante kamu Lir." Ucap Auri.
"Ya namanya orang kan beda-beda." Ajeng.
"Kamu yang sabar ya, Lir. Kalo butuh bantuan bilang aja ke kita." Wanda menepuk bahu Lira.
"Iya. Kalo mau berangkat sekolah cari tumpangan aja sama temen sekelas gitu. Atau siapapun lah yang satu sekolah sama kita. Kalo aku satu arah sama kamu mah bareng sama aku gapapa." Saran Diana.
"Iyaa. Makasih ya semuanya." Lira tersenyum getir.
"Oh iya nanti kamu pulang sama siapa?" Tanya Wanda.
"Gatau deh. Hehe." Jawab Lira.
"Aku anterin deh, Lir. Mau kan?" Ajeng.
"Kita ngga satu arah kan? Emangnya gapapa?" Lira.
"Gapapa kok. Aku mau bantu kamu." Ajeng.
"Makasih ya Ajeng." Lira.
.
.
.
.
Begitulah keseharian Lira saat ini. Ia berangkat dan pulang dengan siapa saja yang mau memberinya tumpangan. Ibunya setiap hari menjadi buruh cuci dirumah tetangga. Sedangkan biaya kontrakan dan makan Lira ditanggung oleh ayahnya. Walaupun ayahnya seperti mau tidak mau menafkahi dirinya dan adiknya. Sampai pada suatu hari, Harry bertanya kepada Lira saat disekolah.
"Lir, kemaren pulang sama siapa?" Tanya Harry.
"Sama siapa aja boleh." Jawab Lira dengan bercanda.
"Diperhatiin kok begitu?" Harry.
Lira hanya terdiam dan berucap dalam hati "Apasih? Perhatiin gimana coba?"
.
.
.
.
.
To be Continued
Austly🌼
0 komentar :
Posting Komentar