Novel WE (Based on True Story) ~ Part 2

Sulit Berteman dengan Rekan Kerja? Ikuti Cara Memulai Persahabatan ...


Hari-hari Lira berjalan lancar seperti biasa. Namun ia tetap harus berangkat pagi sekali saat jam sekolah. Ia sudah mengabarkan semuanya kepada Ayahnya. Dan Ayahnya meminta ia untuk bersabar. Ayahnya berjanji akan memberikannya sepeda motor. Saat ini Lira sedang berjalan kaki menuju sekolahnya. Namun ia kesiangan. Ia berjalan sambil berharap ada yang memberinya tumpangan. Tetapi nihil, sudah didekat area sekolahnya tidak ada yang memberinya tumpangan. Sampai ada yang menghampirinya.

"Mau bareng gak? Oh, gamau. Yaudah duluan yaa." Ternyata Harry dengan sepeda motornya yang menghampiri Lira.

"Eh eh tunggu. Bareng dong." Lira bersuara cukup lantang.

"Yaudah cepet naik." Harry.

Jadilah Lira dan Harry menuju sekolah bersama. Saat tiba disekolah.

"Makasih ya." Ucap Lira.

"Iyaa santai aja." Harry.

Dalam hati kecilnya, Lira berucap "Ternyata dia baik juga. Ga sesombong tampangnya."

Mereka berdua sebenarnya sangat sering mengirim pesan satu sama lain. Setiap hari. Ya, setiap hari tiada henti. Pagi sampai malam, lalu bersambung ke hari esok. Entah apa yang dibicarakan. Lira sebenarnya takut. Ia takut jikalau nanti salah satu dari mereka menyimpan rasa lebih dari teman. Entah itu dirinya sendiri atau Harry. Sebab Lira memiliki pemikiran bahwa laki-laki dan perempuan tidak akan bisa bersahabat. Salah satu dari mereka, atau bahkan mungkin keduanya pasti menyimpan rasa lebih.

Harry dan Ajeng sama sekali tidak menunjukkan perkembangan pendekatan mereka. Justru yang Lira dan teman-temannya lihat, mereka semakin menjauh. Dan tanpa ada yang mengetahui, Lira dan Harry semakin dekat setiap harinya. Sampai suatu ketika, saat ekskul hari sabtu...

"Eh, itu kakak kelas anak baru ya? Ko aku belum pernah liat." Ucap Auri.

"Mana, Ri?" Tanya Wanda.

"Yang itu yaa?" Diana ikut melihat kearah yang dituju Auri.

"Iya itu tuh." Jawab Auri.

"Mana sih? Masa iya ada anak baru?" Lira ikut penasaran.

"Oh yang itu ya?" Wanda terlihat antusias. Lira pun mengikuti arah pandangan Wanda.

"Hah?!" Lira terlihat kaget.

"Kenapa, Lir?" Tanya Auri.

"Dia. Dia. Mukanya mirip kakak kelas aku waktu smp. Aku sempet naksir dulu sama dia. Haha." Lira.

"Serius?" Diana.

"Iyaa. Serius mirip banget. Siapa ya namanya?" Lira terus menatap kakak kelas itu.

"Yaah CLBK deh si Lira." Ucap Wanda yang hanya dibalas tawaan oleh Lira.

"Oh iya. Btw, Ajeng gapernah ikut pramuka lagi ya?" Tanya Diana.

"Iya. Katanya sih males. Huh dasar Ajeng." Jawab Auri.

"Dia ikut-ikutan yang males ekskul juga." Wanda.

"Kita juga sebenernya males kan? Hahahaha." Lira.

"Iya sih. Bener juga kata Lira. Kalo bukan karena nilai kita gabakalan mau ikut. Hahahaha." Auri.

SKIP
.
.
.
.
.

"Wanda, kamu ikut ngerjain tugas kelompok dirumah Feri?" Tanya Ajeng.

"Iya aku ikut. Lira juga katanya mau ikut tuh." Jawab Wanda.

"Berarti bukan 1 kelompok doang yang kerumah Feri?" Ajeng.

"Bukan." Wanda.

"Auri, Diana. Kalian ga ikut?" Tanya Ajeng.

"Ga ikut deh. Rumahku jauh. Belum izin ke Bapak, nanti takut dimarahin." Jawab Auri.

"Iya sama aku juga." Diana.

"Yaudah gapapa." Ajeng.

"Ayok kita kerumah Feri Fero." Lira mengajak Wanda dan Ajeng.

"Iya kalian hati-hati ya." Auri.

"Oh iya, Lir? Kamu sama siapa? Kan Wanda bareng Ajeng?" Tanya Diana.

"Aku sama Laras." Jawab Lira.

"Okee hati-hati ya. Dadaaah." Diana.

Feri dan Fero adalah anak kembar. Feri adiknya dan Fero kakaknya. Lira, Laras, Fero, dan Harry satu kelompok. Wanda dan Ajeng berbeda kelompok. Saat mengerjakan tugas tersebut, Harry yang rumahnya berdekatan dengan Feri tidak mau hadir. Lira tidak peduli, sebab ia sudah hafal dengan sifat pemalas Harry.

Banyak sekali yang datang kerumah Feri untuk mengerjakan tugas bersama. Hingga Lira tidak menyadari bahwa teman-temannya sudah pulang. Hanya ada Feri, Fero, Ajeng, Wanda, dan dirinya. 

"Loh? Ko udah sepi? Pada kemana?" Tanya Lira.

"Makanya jangan keasikan ngerjain tugas." Feri.

"Tau nih. Santai aja, Lir." Ajeng.

"Pada kemana sih?" Lira penasaran.

"Udah pulang, Lir. Hahahaha. Tadi waktu pamitan kamu bilangnya iya iya aja." Fero.

"Serius? Mereka pulang? Tinggal kita doang?" Lira nampak terkejut.

"Iya Liraaaaaa." Wanda.

"Yah. Aku pulang sama siapa dong? Kan tadi aku kesini sama Laras." Lira.

"Bukannya kalian searah rumahnya?" Tanya Fero.

"Iya. Tapi kan cuma ada motor Ajeng. Ajeng bareng sama Wanda." Lira.

"Yaudah bertiga aja." Feri.

"Iih. Gamuat tau." Wanda.

"Udahlah gampang. Aku numpang ke toilet dong." Lira.

"Yaudah sana." Fero.

Saat Lira keluar dari toilet...

"Eh Wanda. Ngapain kamu?" Lira.

"Kamu bingung kan mau pulang sama siapa?" Tanya Wanda dan dibalas anggukan oleh Lira.

"Harry sekelompok sama kamu kan?" Wanda.

"Iya. Kenapa, Nda?" Lira.

"Rumah dia ga jauh dari sini kan?" Wanda.

"Iya. Masih satu komplek. Kamu kenapa sih, Nda?" Lira merasa heran dengan Wanda.

"Kamu gapaham maksud aku?" Wanda.

"Emm. Maksud kamu, aku minta Harry nganterin aku pulang gitu?" Lira.

"Nah. Cepet juga kamu mikirnya." Wanda.

"Aduh gaenak sama Ajeng, Nda." Lira.

"Daripada kamu gabisa pulang? Lagian Harry sekelompok sama kamu. Tapi dia ga bantu apa-apa. Yaudah sebagai gantinya kamu minta anterin pulang sama dia. Gimana?" Saran Wanda.

"Bener juga sih. Tapi, Ajeng gimana Nda kalo dia tau?" Lira.

"Gampang itu urusan aku. Udah sana bilang ke Harry dulu." Wanda.

"Okee." Lira.

"Gimana? Udah dibales?" Tanya Wanda dan dibalas anggukan Lira.

"Yaudah kamu pulang sekarang, aku setengah jam lagi pulang sama Ajeng." Wanda.

"Okee. Aku duluan ya, Nda." Lira.

Lira pun pulang diantar oleh Harry.

"Lira pulang sama siapa, Nda?" Tanya Ajeng.

"Harry." Jawab Wanda dengan singkat.

"Harry?" Feri dan Fero bertanya secara bersamaan.

"Iyaa. Kasian Lira, lagian Harry sekelompok sama dia. Anggap aja itu gantinya karena Harry ga ikut kerja kelompok tadi." Wanda.

Wajah Ajeng sedikit berubah. Sulit dijelaskan apa yang dirasakannya.

"Kamu gapapa kan Ajeng?" Tanya Wanda.

"Oh. Gapapa ko. Yaudah ayo Nda pulang. Udah sore." Ajak Ajeng.

"Sebentar. Kita beresin dulu yang berantakan." Wanda

Beberapa saat kemudian...

"Udah kan? Yuk pulang." Ajeng.

"Okee. Feri, Fero, kita pulang dulu ya." Pamit Wanda.

"Iyaa. Hati-hati." Fero.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued


Share on Google Plus

About Ayubbagus

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Posting Komentar